SELAMAT DATANG DI BLOG gurumuliyani.my.id | JIKA POSTINGAN MIMIN BERMANFAAT, JANGAN LUPA KLIK TOMBOL SHARE YAAA ^^

Jumat, 26 Februari 2021

PJJ SEBABKAN KUOTA BOROS, BENARKAH?

sumber : kumparan

Pandemi Corona masih menjadi trending topik permasalahan masyarakat di Indonesia. Permasalahan yang disebabkan oleh pandemi tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga pada sektor-sektor yang lain, dan tentu saja sektor pendidikan.

Pada sektor pendidikan, dampak Covid-19 dapat dirasakan tidak hanya oleh guru, tetapi juga oleh siswa dan orang tua siswa. Dan dampak yang paling terlihat jelas adalah yang berhubungan dengan ekonomi orang tua siswa, seperti pembelian paket kuota untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Tidak dapat dipungkiri, masalah kuota untuk PJJ merupakan permasalahan yang sampai saat ini masih banyak dikeluhkan oleh orang tua siswa. Belajar melalui metode daring, dipandang membuat pengeluaran meningkat, dan menyebabkan banyak orang tua siswa, khususnya ibu-ibu mengeluhkan terjadinya pembengkakan pengeluaran keuangan rumah tangga mereka.

Menanggapi keluhan orang tua siswa, tidak sedikit para guru di sekolah memutar otak untuk mencarikan solusi permasalahan tersebut. Sebut saja yang sedang viral belakangan ini adalah, guru mengajar siswa menggunakan walkie talkie.

Ada lagi siasat lain bagi para siswa yang tidak memiliki handphone dan tidak mampu membeli kuota internet, diberikan kelonggaran untuk tetap bisa berhadir ke sekolah untuk mengikuti kegiatan tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Mengesampingkan fakta bahwa ada sebagian siswa yang tidak memiliki handphone, PJJ pada dasarnya memang sebagian besar memerlukan kecanggihan internet dan tentunya pulsa/kuota agar proses pembelajaran bisa berjalan dengan baik.

Kita tidak bisa mengelak, bahwa ketika sarana dan prasarana dimiliki dengan baik, akan berbanding lurus dengan kemudahan siswa dalam mengakses pembelajaran, sehingga akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Sarana dan prasarana yang dimaksud dalam PJJ ini tentu saja adalah handphone beserta dengan paket internetnya.

Lalu, seberapa besarkah rata-rata penggunaan kuota internet masyarakat Indonesia? Apakah PJJ menggunakan kuota internet yang lebih besar daripada penggunaan rata-rata kuota internet masyarakat Indonesia?

Menurut data Digital 2020 yang dilansir oleh We are Social, Indonesia menempati urutan 5 besar dalam penggunaan internet melalui ponsel dengan rata-rata waktu penggunaan internet adalah 4 jam 46 menit. Dari 4 jam 46 menit tersebut, ternyata 3 jam 46 menit atau sekitar 80 persen dihabiskan untuk menggunakan media sosial. Dan media sosial yang paling populer dan sering dikunjungi adalah Youtube, yang kita tahu adalah aplikasi yang paling banyak menggunakan kuota internet.

Lalu berapakah perkiraan penggunaan kuota media sosial yang dikonsumsi masyarakat Indonesia? Mari kita hitung bersama.

Perkiraan perhitungan kuota penggunaan Youtube kurang lebih adalah 563 MB per jam untuk kualitas video 480p. Jika kita anggap dalam 1 hari masyarakat Indonesia menggunakan Youtube selama 2 jam, maka diperlukan kuota sebanyak 1,26 GB per harinya atau 37,8 GB perbulannya

Selanjutnya perhitungan kuota penggunaan Instagram, jika kita asumsikan pemakaian Instagram adalah 1 jam perharinya dengan asumsi selama 1 jam penggunaan kuota adalah 360-400 MB, maka rata-rata pemakaian selama 1 bulan adalah 12 GB per bulannya.

Selanjutnya mari kita berhitung penggunaan kuota penggunaan Whatsapp sebagai media chatting paling populer. Menurut data yang saya himpun (https://www.quora.com/How-much-data-do-WhatsApp-calls-consume) menelpon 1 menit menggunakan WA , menggunakan jaringan 3G akan memakai data sebesar 398 kB dan jika menggunakan jaringan 4G memakai data sebesar 809 kB.

Kita asumsikan penggunaan WA menggunakan jaringan 3G untuk menelpon kurang lebih 30 menit perhari, maka penggunaan kuota data untuk WA adalah kurang lebih 358 MB.

Belum lagi banyaknya grup WA yang juga menyedot kuota kita tanpa kita sadari. Kita asumsikan dalam 1 grup rata-rata mengirim 1000 pesan per harinya dengan kuota per pesan kurang lebih 2 kB, berarti dalam 1 hari dalam 1 grup menghabiskan kuota sebesar 2 MB dan dalam 1 bulan berarti menghabiskan kouta 60MB. Ini baru 1 grup, kita asumsikan masing-masing masyarakat Indonesia memiliki rata-rata 3-5 grup di HP mereka. Sehingga perkiraan pemakaian kuota per bulannya untuk aplikasi Whatsapp sekitar 300MB, sehingga jika kita jumlahkan dengan penggunaan Whatsapp untuk telepon kurang lebih 0,6-0,7 GB perbulannya. Ini belum memperhitungkan jika dalam grup tersebut banyak mengirim foto dan video sehingga akan semakin meningkatkan penggunaan kuota pada aplikasi Whatsapp. Jadi, kita asumsikan saja dalam 1 bulan rata-rata penggunaan kuota untuk Whatsapp adalah 2 GB jika kita memperhitungkan adanya pesan video, suara, maupun gambar.

Sehingga, jika kita perhitungkan penggunaan kuota internet masyarakat Indonesia rata-rata, dengan waktu kurang lebih 4 jam per hari untuk berselancar di media sosial , maka rata-rata penggunaan konsumsi data masyarakat Indonesia adalah kurang lebih 52 GB perbulannya.

Lalu, berapakah penggunaan data untuk PJJ perbulannya? Mari kita hitung lagi bersama-sama.

Berdasarkan perhitungan para pengamat, untuk setiap 1 jam PJJ dibutuhkan setidaknya kuota sekitar 200 MB. Jika sehari ada 3 jam pelajaran, maka kuota yang dibutuhkan sekitar 600MB per hari.

Artinya, dalam 1 bulan PJJ memerlukan 14 GB.

Dari data-data di atas, bisa kita bandingkan bahwa dalam 1 bulan, perbandingan rata-rata konsumsi masyarakat Indonesia lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata pemakaian PJJ perbulannya.

Lalu, apakah PJJ menyebabkan penggunaan kuota lebih boros?

Jika kita membandingkan antara pemakaian rata-rata harian masyarakat sebesar 52 GB perbulannya dengan penggunaan untuk PJJ yang kurang lebih memerlukan 14 GB perbulannya, PJJ masih bisa dikatakan lebih hemat dalam penggunaan kuota dibandingkan dengan pemakaian harian untuk media sosial.

Jika kita berhitung, rata-rata penggunaan kuota perbulan adalah 52 GB, maka kita hanya perlu memangkas 14 GB, agar 14 GB tersebut bisa digunakan untuk PJJ anak-anak kita.

Bagaimana caranya?

Ada banyak cara untuk para orang tua menghemat kuota internet agar pengeluaran kuota bisa tetap sama seperti sebelum PJJ, atau bahkan mungkin berkurang daripada biasa. Apa saja tipsnya? Mari simak penjelasannya.

Pertama¸kurangi waktu berselancar di media sosial yang memiliki tingkat konsumsi data yang tinggi seperti Youtube dan Instagram.

Kedua¸gunakan media sosial yang versi lite.

Ketiga, manfaatkan program pemerintah berupa Kuota Belajar untuk siswa. Kuota ini akan sangat membantu siswa belajar karena hanya bisa digunakan untuk aplikasi belajar saja sehingga tidak bisa digunakan diaplikasi lain seperti media sosial.

Keempat, aturlah batas penggunaan data. Ini dilakukan agar bisa mengontrol penggunaan data setiap hari agar tidak kebablasan dalam menggunakan data.

Kelima, ubah mode download otomatis menjadi manual. Sehingga kita bisa mengatur akan mendownload video atau gambar apa saja yang menurut kita penting sehingga bisa mengurangi pemakaian kuota yang tidak penting.

Keenam, matikan paket data jika dipakai. Hal ini penting, karena meskipun PJJ, kita tidak sepanjang waktu diharuskan untuk online. Jadi, jika pembelajaran yang mengharuskan online sudah selesai, kita bisa mematikan data agar tidak dikuras oleh aplikasi lain tanpa kita sadari.

Pembelajaran Jarak Jauh memang menuai pro dan kontra bagi banyak orang tua siswa. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa PJJ adalah salah satu solusi yang paling mungkin kita lakukan di tengah kondisi ini. Jadi, daripada kita mengeluhkan penggunaan kuota untuk PJJ anak-anak kita, alangkah lebih baiknya jika kita mencarikan solusi dengan mengurangi penggunaan kuota kita pribadi untuk hal yang kurang penting, agar anak-anak kita tetap bisa belajar meskipun dari rumah saja. (*)

Muliyani Olvah, S.Pd., Gr.
Guru MIN 8 Tabalong

0 komentar:

Posting Komentar